Di sebuah hutan belantara, hiduplah seekor serigala yang sedang hamil tua. Pada
saat ia berjalan menyusuri hutan mencari mangsa, tiba-tiba terdengar bayi yang
sedang menangis di sela-sela semak belukar. Ketika serigala itu menghampiri,
ternyata seekor anak monyet yang masih
bayi tergolek sendirian tanpa diketahui kemana dan siapa induknya.
Serigala
iba melihatnya. Karena iapun merasa penat dan terasa akan melahirkan, maka ia
memutuskan untuk istirahat di situ, sampai akhirnya ia melahirkan 2 ekor bayi.
Meskipun demikian, induk serigala tidak ingin meninggalkan anak monyet tersebut
sendirian. Maka ia berniat mengurus 3 anak, di antaranya 1 anak monyet, dan
lagi anaknya. Dengan penuh kasih, induk serigala tersebut mengasuh dan menyusi
ketiganya. Anehnya anak monyet tidak segan-segan menyusu ke induk serigala.
Semakin
lama ketiga anak tersebut semakin besar dan mulai bisa berjalan, tetapi anak
monyet itu masih merasa bahwa induk serigala adalah ibunya. Setelah mereka
mulai bisa makan, barulah terasa ada perbedaan diantara mereka. Anak monyet
gemar memakan buah-buahan. Dengan mudahnya ia mamanjat pepohonan yang ada di
hutan itu untuk memetik buahnya. Berbeda dengan anak-anak serigala. Mereka
lebih suka memakan daging dan kerap kali induk serigala membawa mangsanya untuk
diberikan kepada anak-anaknya. Setelah anak-anak serigala itu dapat mencari makanannya
sendiri, barulah induk serigala melepasnya.
Ketika
mereka semakin dewasa, anak-anak serigala dan monyet pun akhirnya mulai
mandiri. Mereka bertiga bermain, mencari mangsa dan tidur bersama. Dalam
perjalan mencari mangsa yang jauh, tanpa disadari satu dari anak serigala itu
terpisah dari mereka dan hilang entah kemana, sehingga mereka tinggal berdua
menyusuri hutan belantara. Tiba-tiba mereka mendengar lolongan serigala yang
minta tolong, suaranya syup-sayup terdengar amat jauh. Keduanya baru mengetahui
bahwa satu diantaranya tidak ada. Mereka berpikir bagaimana caranya menemukan
anak serigala yang hilang itu.
Karena
anak monyet bisa memanjat, di mencarinya sambil bergelantung di atas pohon.
Anak serigala yang satu berlari mengikuti monyet dari bawah. Sangat sulit
menembus hutan belantara yang lebat itu. Lolongan serigala itu pun tiada henti
dan semakin lama terdengar semakin dekat. Anak serigala mulai mengendus-endus
dengan penciumannya yang tajam. Akhirnya, karena kecerdikannya, mereka berhasil
menemukan tempat dimana anak serigala itu berada. Ternyata ia tercebur ke dalam
sumur perangkap yang dibuat para pemburu.
Untuk menolong saudaranya, monyet membuat tali yang terbuat dari kulit pohon yang ada di sekitar tempat itu. Dimasukkannya tali tersebut kedalam sumur. Sementara anak serigala yang satu menggigit ujung tali tersebut dengan giginya yang sangat kuat dari atas, anak monyet masuk ke dalam sumur. Setelah sampai dibawah, monyet merasa iba melihat keadaan anak serigala yang lemas tak berdaya. “Kasihan sekali engkau, sudah dua hari lamanya kita berpisah, dan pasti kau tidak makan apapun selama itu.” Akhirnya mereka berhasil menarik anak serigala itu dari dalam sumur. Anak serigala yang satu terharu melihat keadaan saudaranya lemas hamper tanpa daya.
Dengan cepat monyet memanjat pohon unyuk mencari minum untuk saudaranya itu. Tidak beberapa lama setelah itu, sang anak serigala pun dengan perlahan kembali segar. Keduanya amat berterima-kasih kepada monyet karena telah menyelamatkannya. Mereka pun bersepakat untuk pulang ke sarang menemui induk serigala.
Sesampai
di sarang, mereka mendapati induk serigala sedang berjalan kesana-kemari dengan
gelisah. Begitu melihat ketiga anaknya, ia pun berseru, “Anak-anakku, kemana
saja kalian selama ini? Aku mencari kalian kemana-mana, bahkan aku berpikir
bahwa kalian habis di mangsa singa atau di makan oleh pemburu.”
Kedua anak serigala itu pun akhirnya menceritakan semua peristiwa yang baru saja mereka alami. Induk serigala merasa terharu dan amat berterimakasih kepada anak monyet. Ia juga tak henti-hentinya mengucap syukur kepada Tuhan karena mereka semua dapat bertemu kembali. Setelah keadaan tenang, induk serigala berkata kepada anak-anaknya, “Anak-anakku, sekarang aku sudah mulai tua, tidak kuat lagi mencari mangsa terlalu jauh. Karena itu, jika kalian berburu, jangan terlalu lama. Cepat kembali ke sarang iani untuk melihatku.” Tanpa diminta anak monyet berkata, “Aku, akulah yang akan menemanimu, ibu. Bagiku mencari makan tidak harus jauh, di sekitar sini buah-buahhan dan daun-daun muda masih cukup banyak. Biarlah anak-anak ibu yang lain pergi jauh mencari mangsa, nanti aku akan memberitahukan keadaanmu pada mereka.”
Mendengar apa yang dikatakan monyet padanya, maka tenanglah
induk serigala. Ia bisa menikmati hari tuanya di temani ole monyet dan kedua
anaknya. Mereka bisa saling berbagi disaat suka maupun duka. Monyet pun merasa
puas dengan keadaan ini. Ia bersyukur di berikan kesempatan oleh Tuhan untuk
membalas kebaikan serigala
Tidak ada komentar:
Posting Komentar